101 Budaya masyarakat Medan





Medan memiliki penduduk yang padat dan merupakan tempat yang eksotis untuk dikunjungi khususnya jika anda menyukai alam flora dan fauna. Pada zaman Belanda, Medan masih merupakan daerah kekuasaan Sultan Deli. Suku Melayu yang ada di Indonesia berasal dari kota Medan dan daerah sekitarnya. Suku ini banyak memiliki kesamaan budaya dengan bangsa Melayu di tanah Malaysia sekarang , karena berasal dari rumpun yang sama.

Di Medan juga banyak suku etnis dari seluruh Indonesia yang datan untuk berbisnis. Kota ini juga rumah bagi warga keturunan Cina dan India yang cukup mendominasi. Daerah yang sangat indah di Sumatera Utara adalah sekitar Danau Toba, di sini hidup masyarakat Batak yang dibagi menjadi enam budaya, masing-masing memiliki bahasa, upacara, dan tradisi yang berbeda. Meskipun terisolasi secara geografis tetapi orang Batak memiliki riwayat hubungan dengan dunia luar.  Hubungan perdagangan antara dataran tinggi dan daerah lain pun berjalan baik yaitu pertukaran barang seperti garam, kain, dan besi, lalu yang diimpor ke wilayah ini seperti  emas, beras dan cassia (jenis kayu manis).

Orang-orang Eropa yang pertama berdagang ke wilayah Batak adalah misionaris, mereka menjelajahi daerah pedalaman terpencil pada akhir abad ke-18. Misionaris tersebut mengabarkan bahwa masyarakat lokal wilayah ini kanibalisme.  Sebelumnya awal abad ke-9, sebuah teks Arab menyebutkan bahwa penduduk Sumatera itu memakan daging manusia. Namun, saat ini para antropologi percaya bahwa hal ini adalah bentuk hukuman yang langka dan mungkin nampak biasa saja bagi orang Batak. Banyak orang Batak yang menyimpan tulang nenek moyang mereka yang disalah artikan oleh orang luar sebagai kanibalisme mengerikan.

Bahasa
Pada dasarnya, bahasa yang dipergunakan secara luas adalah bahasa Indonesia. Suku Melayu Deli mayoritas menuturkan bahasa Indonesia karena kedekatan bahasa Melayu dengan bahasa Indonesia. Pesisir timur seperi wilayah Serdang Bedagai, Pangkalan Dodek, Batubara, Asahan, dan Tanjung Balai, memakai Bahasa Melayu Dialek "O" begitu juga di Labuhan Batu dengan sedikit perbedaan ragam. Di kabupaten Langkat masih menggunakan bahasa Melayu Dialek "E" yang sering juga disebut bahasa Maya-maya. Masih banyak keturunan Jawa Kontrak (Jadel - Jawa Deli) yang menuturkan bahasa Jawa.

Di kawasan perkotaan, suku Tionghoa lazim menuturkan bahasa Hokkian selain bahasa Indonesia. Di pegunungan, suku Batak menuturkan bahasa Batak yang terbagi atas 4 logat (Silindung-Samosir-Humbang-Toba).
Tarian
Perbendaharaan seni tari tradisional meliputi berbagai jenis. Ada yang bersifat magis, berupa tarian sakral, dan ada yang bersifat hiburan saja yang berupa tari profan. Di samping tari adat yang merupakan bagian dari upacara adat, tari sakral biasanya ditarikan oleh dayu-datu. Yang termasuk jenis tari ini adalah tari guru dan tari tungkat. Datu menarikannya sambil mengayunkan tongkat sakti yang disebut Tunggal Panaluan.

Tari profan biasanya ialah tari pergaulan muda-mudi yang ditarikan pada pesta gembira.

Tortor ada yang ditarikan saat acara perkawinan. Biasanya ditarikan oleh para hadirin termasuk pengantin dan juga para muda-mudi. Tari muda-mudi ini, misalnya morah-morah, parakut, sipajok, patam-patam sering dan kebangkiung. Tari magis misalnya tari tortor nasiaran, tortor tunggal panaluan. Tarian magis ini biasanya dilakukan dengan penuh kekhusukan. Selain tarian Batak terdapat pula tarian Melayu seperti Serampang XII.
Seni dan Budaya




Musik
Musik yang biasa dimainkan cenderung tergantung dengan upacara-upacara adat yang diadakan, tetapi lebih dominan dengan genderangnya. Seperti pada Etnis Pesisir terdapat serangkaian alat musik yang dinamakan Sikambang.
Arsitektur
Dalam bidang seni rupa yang menonjol adalah arsitektur rumah adat yang merupakan perpaduan dari hasil seni pahat dan seni ukir serta hasil seni kerajinan. Arsitektur rumah adat terdapat dalam berbagai bentuk ornamen. Pada umumnya bentuk bangunan rumah adat pada kelompok adat batak melambangkan "kerbau berdiri tegak". Rumah adat suku bangsa Batak bernama Ruma Batak. Berdiri kokoh dan megah dan masih banyak ditemui di Samosir.

Rumah adat Karo kelihatan besar dan lebih tinggi dibandingkan dengan rumah adat lainnya. Atapnya terbuat dari ijuk dan biasanya ditambah dengan atap-atap yang lebih kecil berbentuk segitiga yang disebut "ayo-ayo rumah" dan "tersek". Dengan atap menjulang berlapis-lapis itu rumah Karo memiliki bentuk khas dibanding dengan rumah tradisional lainnya yang hanya memiliki satu lapis atap di Sumatera Utara.

Bentuk rumah adat di daerah Simalungun cukup memikat. Kompleks rumah adat di desa Pematang Purba terdiri dari beberapa bangunan yaitu rumah bolon, balai bolon, jemur, pantangan balai butuh dan lesung.
Bangunan khas Mandailing yang menonjol adalah yang disebut "Bagas Gadang" (rumah Namora Natoras) dan "Sopo Godang" (balai musyawarah adat). Rumah adat Pesisir Sibolga kelihatan lebih megah dan lebih indah dibandingkan dengan rumah adat lainnya. Rumah adat ini masih berdiri kokoh di halaman Gedung Nasional Sibolga.
Kerajinan
Tenunan merupakan seni kerajinan yang menarik dari suku Batak. Contoh tenunan ini adalah kain ulos dan kain songket. Ulos merupakan kain adat Batak yang digunakan dalam upacara-upacara perkawinan, kematian, mendirikan rumah, kesenian,dsb. Bahan kain ulos terbuat dari benang kapas atau rami. Warna ulos biasanya adalah hitam, putih, dan merah yang mempunyai makna tertentu. Sedangkan warna lain merupakan lambang dari variasi kehidupan.
Kuliner
Makanan Sumatra terkenal dengan rasanya yang pedas begitu juga Medan, Sumatra Utara. Bila Anda berada di kota ini, cobalah masakan lokal seperti Nasi Ayam, Kweetiaow medan, dan lain-lain. Sebagian besar hidangan di sini dipengaruhi oleh budaya Melayu, Cina, dan India.

Masakan khas masyarakat Batak yang patut anda cicipi adalah, Arsik, ikau rata (daun singkong muda dimasak dengan campuran santan dan ikan teri) dan naniura (ikan mas mentah dengan campuran bumbu khusus dan perasan jeruk nipis). Sedangkan di Berastagi, pastikan Anda mengunjungi pasar tradisional dan tersedia  buah-buah eksotis. Segelas sirup markisa khas daerah ini akan melepaskan dahaga Anda dan dapat dikonsumsi panas atau dingin. Ini juga dapat menjadi oleh-oleh yang sempurna untuk orang yang Anda cintai.
Untuk cita rasa, tanah Batak adalah surga bagi pecinta makanan santan dan pedas juga panas. PASITUAK NATONGGI atau uang beli nira yang manis adalah istilah yang sangat akrab disana, menggambarkan betapa dekatnya Tuak atau nira dengan kehidupan mereka.
 

Tradisi Mangokkal Holi - Batak

Tradisi mangokkal holi merupakan suatu tradisi turun temurun ditengah masyarakat batak. Semua etnis batak seperti Toba, Karo, Simalungun, Pakpak dan Angkola meski dengan penamaan berbeda namun inti dan tujuan ritual dari tradisi ini tetaplah sama, suku etnis Batak melakukannya secara besar-besaran dan tentu menghabiskan biaya fantastis. Hal tersebut karena biasanya selain memotong ternak, upacara prosesi adat mangokkal holi diadakan hingga beberapa hari. 



Mangokkal Holi berarti mengambil tulang belulang seseorang dari dalam tanah atau kuburan. Dilanjutkan dengan menempatkan tulang tersebut pada sebuah peti dan kemudian menempatkannya di tugu (bangunan yang berfungsi sebagai tempat penyimpan tulang belulang leluhur keluarga) 


Penamaan upacara adat batak ini berbeda disetiap suku etnis. Toba dan Simalungun menyebutnya "Mangokkal Holi", Pakpak menyebutnya "Mengkurak Tulan" atau "Mengongkal Tulan", Karo menyebutnya "Nampeken Tulan-Tulan".


Secara garis besar upacara mangokkal holi dilakukan demi mempertahankan silsilah garis keturunan marga di tengah orang batak dan juga berfungsi untuk menunjukkan eksistensi dan taraf hidup keluarga yang melaksanakan tradisi ini. Selain itu masyarakat Batak mempercayai bahwa menghargai leluhur dengan menempatkan mereka di tugu adalah sebuah bukti bahwa masyarakat batak tidak pernah ingin melupakan jasa para leluhur.

Prosesi Menempatkan Tulang

Prosesi Mangokkal Holi


Maka jangan heran bila anda memasuki daerah di Sumatera Utara seperti pulau Samosir dan lainnya bila menemukan bangunan besar, menjulang dan indah melebihi rumah disekitarnya. Karena bangunan Tugu tersebut adalah tempat khusus yang dibuat untuk menyimpan tulang belulang. Salah satu tugu yang cukup terkenal karena bangunannya yang besar menghabiskan biaya besar pula adalah tugu Silalahi di desa Silalahi kabupaten Dairi.
 

Upacara Lompat Batu Di Nias

 

Hombo (lompat) batu merupakan tradisi yang sangat populer pada masyarakat Nias di Kabupaten Nias Selatan. Tradisi ini dilaksanakan oleh masyarakat di Desa Bawo Mataluo (Bukit Matahari). Desa Bawo Mataluo adalah desa yang kaya dengan situs megalitik (batu besar) berukir dan di dalamnya terdapat perumahan tradisional khas Nias (omo hada).
Tradisi lompat batu adalah ritus budaya untuk menentukan apakah seorang pemuda di Desa Bawo Mataluo dapat diakui sebagai pemuda yang telah dewasa atau belum. Para pemuda itu akan diakui sebagai lelaki pemberani dan memenuhi syarat untuk menikah apabila dapat melompati sebuah tumpukan batu yang dibuat sedemikian rupa yang tingginya lebih dari dua meter. Ada upacara ritual khusus sebelum para pemuda melompatinya. Sambil mengenakan pakaian adat, mereka berlari dengan menginjak batu penopang kecil terlebih dahulu untuk dapat melewati bangunan batu yang tinggi tersebut. Banyak pemuda yang begitu bersemangat untuk dapat melompatinya.

Lokasi

Desa Bawo Mataluo berada di Kabupaten Nias Selatan, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia.

Akses

Untuk mencapai lokasi wisata, pelancong dapat melalui perjalanan udara dari Medan ke Pulau Nias (Gunung Sitoli) dengan waktu tempuh kurang lebih 1 jam. Selain perjalanan udara, untuk mencapai Pulau Nias dapat juga ditempuh melalui perjalanan laut dengan menggunakan kapal ferry dari Sibolga ke Pulau Nias dengan waktu tempuh lebih kurang 10 jam. Dari Gunung Sitoli, wisatawan masih membutuhkan sekitar 3 jam perjalanan menuju Teluk Dalam dengan kendaraan roda dua atau empat.

Akomodasi dan Fasilitas Lainnya

Oleh karena Teluk Dalam adalah ibukota kabupaten, maka wisatawan tidak sulit mencari penginapan dari tingkat bungalow, penginapan kelas melati, ataupun hotel. Restoran dan kedai makanan juga ada di sekitar lokasi. 
 

Tradisi Bubur Pedas - Melayu Deli




Tradisi unik yang satu ini berasal dari keluarga kesultanan Melayu di Tanah Deli dan sudah dilakukan secara turun temurun. Tradisi Bubur Pedas dilakukan selama ibadah puasa bagi umat muslim berlangsung. Bubur pedas adalah makanan berupa bubur dengan rasa pedas yang dibagikan kepada masyarakat umum secara gratis alias tidak dipungut bayaran. 

Tenaga kerja yang bertugas selama tradisi ini berlangsung berasal dari berbagai macam profesi dan tanpa dibayar. Nah artinya mereka bekerja secara sukarela. 


Mesjid Al-Makshun atau yang lebih dikenal dengan sebutan mesjid Raya Medan adalah lokasi utama pelaksanaan tradisi ini berlangsung. Sejalan dengan kebutuhan dan tingginya animo masyarakat akan melestarikan tradisi bubur pedas dari kesultanan Deli ini maka banyak mesjid di kota Medan juga melakukan hal yang sama. 
Memasak Bubur Pedas (Pict: Tribunnews)
Tradisi bubur pedas hanya dilakukan selama puasa berlangsung alias satu kali setahun. Jadi jangan melewatkan bubur pedas bila anda tengah bepergian ke kota Medan dibulan puasa.
 

Tradisi Mandi Balimo (Marpangir) - Tapanuli

Tradisi Marpangir Balimo

Tradisi unik nan langka ini merupakan daya tarik bagi wisatawan mancanegara. Tradisi Mandi Balimo (Tapanuli Selatan) atau tradisi Marpangir (Seluruh kawasan Tapanuli) biasanya dilakukan saat sebelum puasa ramadhan dilaksanakan. 

Marpangir atau Mandi Balimo adalah upacara ritual turun temurun. Mandi Balimo secara harfiah berarti mandi dengan menggunakan rempah-rempah. Perasan jeruk air purut yang disiramkan ke seluruh bagian tubuh mulai dari kepala. Tradisi Mandi Balimo atau Marpangir pada masyarakat Tapanuli dipercaya mampu membersihkan dari sifat duniawi demi menyambut bulan puasa. 
Secara umum tradisi Marpangir atau Mandi Balimo pelaksanaannya dilakukan di sungai atau air mengalir. Sehingga tak jarang destinasi wisata alam, yakni lokasi pemandian umum akan sesak penuh oleh masyarakat untuk melakukan ritual unik dari Tapanuli ini. 
 

Tradisi Kenduri Laut - Tapanuli Tengah


Kenduri laut merupakan tradisi yang dilakukan setiap satu tahun sekali oleh kabupaten Tapanuli Tengah yang beribukotakan Pandan di pesisir Sumatera Utara. 

Tradisi kenduri laut menjadi salah satu daya tarik memukau, budaya turun temurun warisan para leluhur sebagai ucapan terimakasih dari 20 kecamatan dan masyarakat Tapanuli Tengah kepada Tuhan atas anugerahNya sehingga hasil laut dan pertanian berlimpah. Melalui acara Kenduri Laut ini masyarakat Tapanuli Tengah berharap hasil bumi dan alam akan semakin meningkat pada tahun-tahun kedepannya. 

Pesta kenduri Laut biasanya dilakukan di tepi pantai pada malam hari dan berlanjut pada siang hari. Upacara seremonial inti dilakukan pada malam hari dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat dari 11 kecamatan. Setiap perwakilan dari masing-masing kecamatan membawa hasil bumi seperti padi, jengkol, pisang, ternak piaraan dan kemudian menunjukkannya (parade) di pentas (panggung) secara bergantian. 

Selain itu diadakan juga beberapa perlombaan untuk memeriahkan dan menyemarakkan suasana seperti Lomba Perahu Naga, Lomba Layang-Layang dan lain-lain. Acara ini juga dihibur oleh pekerja seni baik dari masyarakat Tapanuli Tengah sendiri maupun pelaku seni lain yang diundang sebagai performer (Penampil). 

Pesta Kenduri Laut Tapanuli Tengah biasanya dilaksanakan pada bulan Oktober setiap tahunnya. Jadi bagi anda yang tertarik menikmati keindahan lautnya yang sangat terkenal seperti Pulau Murshala atau Pulau Unggeh maka datanglah pada bulan Oktober sehingga anda juga dapat menyaksikan tradisi budaya Pesta Kenduri Laut yang hanya dilaksanakan sekali dalam setahun. 

0 Komentar untuk "101 Budaya masyarakat Medan "

Popular Posts

Back To Top