101 Kebudayaan Sumatra Selatan ( Palembang )

Bersarkan hasil sensus tahun 2003 Semsel berpenduduk 6.718.791 jiwa, dengan kepadatan rata-rata 58,78 jiwa /km2. Penduduk asli di Sumatera Selatan terdiri beberapa suku, yang masing-masing mempunyai bahasa dan dialeg sendiri. Namun dalam komunikasi sehari-hari, umumnya menggunakann bahasa Indonesia atau bahasa ibuya yang mudah dimengerti. Suku-suku tersebut antara lain: suku Palembang, ogan, Kmering, Semendo, humai, lintang, zmusi rawas, Meranjat, Kayu agung, kisam, haji dan Ranau dll.
Semua suku ini hidup berdampingan dan saling membaur serta bertoleransi dengan suku-suku mendatang, termasuk orang asing. Bahkan banyak terjadi perkawinan dalam suku ataupun berlainan suku.
Setiap suku memiliki adat istiadat/ dan tradisi sendiri yang acapkali tarcermin dalam upacara perkawinan atau pristiwa-pristiwa penting suatu suku. Bahkan suku-suku di Sumsel memiliki seni budaya sendiri yang sering mengalami perbedan bahkan hampir bersamaan.
Meski setiap kelompok etnik memiliki corak khas dalam kebudayaan dan bahasa sendiri manun tetap merupakan kesatuan yang sulit dipisahkan antara satu sama lainnya. Mereka juga saling mempengaruhi dan dipengaruhi, sehingga unsur kebudayaan yang satu terdapat unsur kebudayaan lainya. Hal ini disebabkan oleh adanya difusi, akulturasi, dan adaptasi.
Mayoritas penduduk Sumatera Selatan beragama Islam. Hal ini berpengaruh juga terhadap nila-nilai budaya yang ada. Hari-hari besar Islam seolah wajib diperingati oleh masyarakat Sumatera Selatan.
Kerukunan antara ummat beragama di Sumatera Selatan cukup haronis dan berjalan dengan seimbang didaerah, ini sifat gotong-royong masyarakat yang tidak membedakan agama, hubungan suku, maupun ras social lebih didasari dengan nilai kebangsaan, sedangkan tata acara pergaulan sehari-hari lebih dipengaruhioleh adat istiadat. Seperti dalam bersopan-santun, berbicara dan sebagainya. Secara umum penduduk Sumatera Selatan bersifat ramah terhadap tamu dan pendatang, mereka juga sudah mnyerap dan beradaptasi dengan modernisasi dan umumnya bersifat terbuka untuk hal-hal yang positif yang dibawa oleh orang-orang yang belum dikenal oleh mereka..
Sejarah, seni, dan budaya Sumatera Selatan

Sumatera Selatan sudah didiami manusia sejak zaman purbakala. Bukti-bukati sejarah masa lampau itu antara lain berupa situs megalit dalam berbagai bentuk dan ukuran yang dapat dilihat dimusium atau alam terbuka. Peningkatan kebudayaan itu merupakan hasil kreasi seni pahat pada nenek moyang, terdiri dari arca-arca, batu, berbentuk manusia, binatang, menhir, dolmen, punden berudak, kubur batu, lumping batu, dan sebagainya.
Dialam terbuka situs-situs megalit itu sebagian besar terdapat dikabupaten Lahat, OKU, dan Muara Enim. Keberadaan megalit itu telah melahirkan beberapa agenda dan mitos ditengah masyarakat. Diantaranya legenda sipahit lidah, yang karena kesaktiannnya dapat membuat apapun menjadi batu. Dalam abad 7 sampai 13M Sumsel merupakan pusat kekuasaan kerajaan Sriwijaya dengan ibu kotanya Palembang.
Pada maa kerajaan Sriwijaya, Sumsel dikenal sebagai pusat pendidikan dan ilmu pengetahuan Agama Budha terbesar di Asia Ternggara. Pada saat itu kerajaan Sriwijaya dengan kekuatan Armadayayang tangguh, selain menguasaiin jalur perjalanan dan pelayaran antara laut Cina Selatan dan Samudra Hindia, juga telah menjadikan daerah ini sebagi central pertemuan antar bangsa. Hal ini telah menimbulkan transformasi budaya yang lambat laun berkembang dan terbentuk identitas baru bagi Sumsel.
Transformasi budaya ini terjadi pula dengan masuknya pengaruh Islam. terutama pada saat Sumsel dibawah kekuasaan kesultanan Darussalam. Sebagian bear penduduk Sumsel saat itu sudah mneganut agama Islam sebelum kesultanan Palembang berdiri.
Kebudayaan

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahsa Sangsekerta yaitu buhddayah yang merupakan bentik jamak dari Budhi (Budi atau akal) yang diartiak sebagai hal-hal yang berkaitan denagn bidi dan akal manusia.
Menurut Selo Soermarjan san Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana kasil karsa, rasa, dan cipta masyarakat.
Menurut difinidi lain, kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi istem ide stau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dala kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagi mahluk yang berbudaya berupa prilaku dan benda-benda ynag bersifat nyata. Mialnya pola-pola prilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi social, religi, seni, dll, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Beragam fakta yang mempengaruhi selaras perkembangan masyarakat di Sumsel telah menimbulkan kebudayaan asimilasi didareah itu, baik dalam teradisi seni maupun aspek-aspek lain dalam kehidupan. Demikian pula denagn rumah tradisional Limas, merupakan perpaduann antara arsitektur bangunan Hindu, Budha, Islam dan rumah tradidional penduduk. Dalam seni ukir, kentara sekali pengaruh Cina dan sudah dominant sejak masa Sriwijaya.
Upacara-upacara perwakilan, pesta panen dan kegiatan yang bersifat sacral lainnya janagn tidak terlepas dari pengaruhbudaya-budaya tersebut. Meskipun budaya Islam masih sangat dominan.

Wujud dan Komponen

Menurut JJ hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Gagasan (wujud ideal) adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan sebagainya yang sifatnya abstrak, tidak dapt dirabah atau disentuh. Wujudnya terletak dalam pemikiran warga masyarakat.
2. Aktivitas (tindakan) adalah wujud kebudayaan senagai suatu tindakan bepola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem social.
3. Artefah (karya) adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda atau hal-hal yang dapat dirabah, dilihat (kongrit).

Komponen
berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan menjadai 2 komponen, yaitu:
  • kebudayaan material, mangacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, kontre yaitu kebudayaan material seperti temuan yang sihasilkan disuatu penggalian antropologi dihasilkan mangkuktanah liat, perhiasan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pekaiaan, dll
  • kebudayaan nonmaterial, ialah penciptaan yang abstark yang diwarisi dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, lagu-lagu, dan tarian-tarian tradisional.
  • Bahasa
  • bahasa adalah alat atau perwujutan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi datau berhubungan
  • dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawah jenis
  • fungsi bahsa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial
  • sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra, mempelajari naskah-naskah kuno dan mengeksploitasi tamu pengetahuan dan teknologi
Adat Perwakilan Sumsel
Adat perkawinan Sumsel merupakan pranata atas dasar budaya dan aturan adapt istiadat. Pada masa kesultanan dan sesudahnya. Perkawinan ditentukan oleh keluarga besar. Jodoh diatur dan ditetapkan denagn pertimbangan, bebet, bibit, dan bobot yang merupakan pertimbangan social, polotik, ekonomi. untuk mnejelang hari perkawinan, ada beberapa hal yang dilakukan oleh keluarga besar, antara lain:
tahapan ke 1
a. madik
Mandik dilaksanakan oleh keluarga pria untuk menyelidiki atau menilai seorang gadis untuk menjadi seorang menantu. Mandik dilakukan tidak resmi tanpa sepengetahuan seorang calon menantu.
b. nyenggung
Nyrnggung dilakukan apabila hasil madik baik, keluarga pihak pria mengirimkan utusan resmi untuk melakukan penjajakan atau penilaian apakah sigadis sudah terikat atau tubangan.
c. ngebet
Ngebet apabila nyenggung berhasil dengan baik, pihak keluarga pria mengunjungi pihak keluarga wanita. Kunjunagn ini bertujuan menemukan kato (mencari kata spakat) diantara kedua belah pihak yang bersangkutan.
tahapan ke 2
a. meminang
Untuk meminang pihak keluarga pria mengutus beberapa wanita ketempat keluarga sigadis dengan membawa barang gegawaan. Isinya: kue-kue, susu, mentega, gula pasir, tepung, serta pakaian (kain songket, baju, sepatu, pakaian dalam wanita, dan alat-alat kecantikan)
b. berasan
Apabila proses peminangan berhasil, dengan baik, orang tua atau pihak keluarga pria mengirimkan beberapa orang atau utusan ketempat sigadis untuk berasan atau berunding mengenai pelaksanaan perkawinan kedua anak pemuda itu secara rinci.
c. mutus koto
setelah berhasil berasan dan diterima oleh kedua belah pihak langkah berikutnya mutuske kato yaitu menetapkan hari perkawinan.
d. nganterke belanjo 
Dilaksanakan oleh pihak keluarga calon pria kira-kira setengah bulan, berapa bulan atau berapa hari sebelumnya acara munggah, nganterke belanjo umumnya dilakukan oleh kaum wanita sedangkan kamun pria bertugas hanya mengirimkan saja.
tahapan ke 3
Tahapan ini merupakan tahap persiapan menjelang hari akand nikah dan munggah yang ditentukan pada waktu mutuske kato dengan pertimbangan bulan baik yaitu bulan empat beradek(rabi’ul awal, rabi’ul akhir, jumadil awal, dan jumadil akhir) atau bisa juga bulan rajab dan zulhijah karena pada bulan-bulan itu, bulan purnama akan menerangi bumi nasib atau kehidupan kedua mempelai itu dihadapkan seterang bulan purnama itu.
tahapan ke 4
Upacara akad dan nikah
Acara akad nikah pada umumnya dilaksanakan durumah mempelai pria namun tidak tertutup kemungkinan ada kalanya itu dilaksanakan dirumah mempelai pria. Kalau ia dilaksanakan dirumah wanita maka disebut dengan kawin numpang.
Rumah Adat
Rumah adat Sumatera Selatan bernama Rumah Limas, Ia merupakan rumah panggung, untuk tempat tinggal para bangasawan. Rumah Limas berjenjang lima dengan bermakna Lima Emas, yaitu keagungan, rukun dan damai, sopan santun, aman dan subur, kemudian makmur dan sejahtera. Pintu Gerbang Emas harus ada pada setiap RUmah Limas.
Rumah Limas
Pakaian Adat
Pria Sumatera Selatan mamakai pakaian adat berupa mahkota , kalung bersusun dengan baju yang khas. Ia juga memakai celana panjang dan kain songket pada bagian tengah badan.
Wanitanya memakai pakaian yang mirip dengan prianya, yaitu bermahkota, kalung susun, pending dan gelang pada kedua belah tangan. Ia jua memakai kain songket yang melingkar pada bagian tengah badan serta berkain songket. Pakaian ini dipakai untuk upacara pernikahan.
Pakaian Adat
Tari-tarian Daerah Sumatera Selatan
a.    Tari Tanggai, merupakan sebuah tarian dalam menyambut para tamu disertai upacara kebasaran adat.
b.    Tari Putri Bekhusek, artinya sang putri yang sedang bermain. Tari ini sangat popular di Kabupaten Ogan Komering Ulu dan melambangkan kemakmuran daerah Sumatera Selatan.
c.    Tari Menyadap Karet, tari menggambarkan canda-ria muda-mudi Sumatera Selatan selagi menyadap karet, yang tak jarang menuntunmereka ke jenjang perkawinan. Tari yang diperkaya dengan unsur gerak tradisi ini berkenan sebagai tari pergaulan yang menimbulkan suasana gembira.
Tari Tanggai
Senjata Tradisional
Senjata tradisional yang terkenal di Sumatera Selatan adalah keris. Keris situ ada yang berlekuk 7, 9 atau 13, yaitu dengan jumlah ganjil.
Selain keris ada pula senjata lainnya seperti tombak, pedang, dan badik. Tombak Sumatera Selatan yang bermata tiga dinamakan trisula.
Senjata tradisional Sumatera Selatan – Tombak Trisula
Suku
Suku dan marga yang terdapat di Sumatera Selatan adalah: Komering, Palembang, Pasemah, Semenda, Ranau Kisan, Ogan, Lematang, Rajang, Rawas, Kubu, dan lain-lain.
Bahasa Daerah : Kubu, Palembang, Rejang Lebong, dan lain-lain.
Lagu Daerah : Kabile-bile, Tari Tanggai, Dek Sangke.

kebudayaan sumatera selatan

Penduduk Agama dan
Sosiokultural Masyarakat Sumsel

 upacara munggah
Perayaan ini dilaksanakan dirimah memepelai wanita. Rombongan mempelai pria secara bersama-sama datang ketempat mempelai wanita setelah ada uleman (undangan) dari pihak mempelai wanita.
Mempelai pria diarak secara beramai-ramai dari rumah keluarganay ataupun rumah tumpangannya, yang biasanya tidak terlalu jauh dari rumah mempelai wanita.

Tari Gending Sriwijaya
Tari ini pada dasarnya sama dengan tari tanggai, namun ada perbedaan disanasini misalnya dalam hal penggunaan tar, jumlah penari dan penggunaan busana yang dipakai.
selain gending sriwijaya lebih lengkap dari tanggai, dari segi jumlah penari maupun dari perlengkapan busana yang dipakai penari gemding sriwijaya berjumlah 13 orang, yang terdiri dari:

Tari Tengggai
Merupakan tari tradisional daerah palembang khususnya dan Sumsel pada umumnya. Tari ini pada dasarnya dibawakan pada saat menyambut tamu-tamu resmi, misalnya : tamu-tamu pemerintahan atau dalam acara pernikahan

Tari ini umumnya dibawakan oleh remaja putrid dengan jumlah penari yang tidak mutlak. bisa3,5,dan7 bahkan (harus ganjil), namun pada umumnya tari ini dibawakan oleh 3 orang dengan pakaian khas daerah antara lain songket, dodot, pending, kalung, sanggul malang, kembang urai atau rampai, tajuk cempako, kembang goyang, dan tanggai yang berbentuk kuku dan terbuat dari tembaga.

Tari Tenun Songket
Tari ini melambangkan kegiatan remaja putri khususnya dan para ibu rumah tangga di Palembang pada umumnya, yang memanfaatkan waktu luang dengan menenun songket disamping kegiatan rutin lainnya, orangnya genab sekitar 6-8 orang.

Tari Rodat Cempako
Tari gabunagn Arab dan Palembang, yang merupakan tari rakyat yang bernafaskan Islam. Gerak dasar tari ini diambil dari daerah asalnya Timur Tengah, seperti halnya dengan tari zapin. tari rodat cempako sangant dinamis dan lincah.

Tari Mejeng Besuke
Tari ini melukiskan kesukariaan para remaja putra dan putrid dalam suatu pertemuan mereka. Mereka bersendau gurau untuk mengajak hati lawan jenisnay. Bahkan tidak jarang diamtara mereka ada yang jatuh hati dan bertemu jodoh pada pertemuan itu.

Tari Ngindai
Sudah menjadi kebiasaan kota Pelembang apabila akan memilih calon menantu, biasanya dilakukan oleh peria
0 Komentar untuk "101 Kebudayaan Sumatra Selatan ( Palembang )"

Popular Posts

Back To Top